Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Anakmu Pulang

Ada sedikit kerinduan memandang lampu jalan dari dalam mobil sedan ini Temaram masa silam yang kini merintis pulih Senyum lebar oleh hawa sejuk pedesaan sulit kutemui di Ibukota Konon di sinilah aku dibesarkan babu dengan keras Meski kasar dan keras jiwaku terbentuk lembut bagai bayi, di usia dewasa Anakmu pulang, Bu Di mana kenangan yang takpernah ada? Lihatlah! Dua puluh tahun lalu kita dilalaikan waktu Berselimut cinta palsu, kau buang aku, ditimang babu Aku pulang mencari restu Anakmu pulang, Bu Di ganggang gelap berdinding sunyi aku berjalan Melewatkan lampulampu gemerlap lalulintas Aku mendekam Aku mendamba Aku... Ke mana mata air dan air mata mengalir, selain dari dan untuk Bumi? Aku pula merindui kasih yang sayang cinta yang bukan palsu Aku mengancam, membunuh malam beserta jahanam Anakmu pulang, Bu Hanya restu bumi yang kupinta Temuilah daku barang sejenak Surakarta, 28 Januari 2013 @andindc | 18:57

Mama, Jangan Khawatirkan Anak Lelakimu

Maaf, Ma aku membikin engkau repot tiap nafas Tuhan tengah menegurku dengan sabar dengan pisau kecil yang aku sendiri taktahu di mana Ia letakan dengan jarum kecil yang aku pula heran di mana Ia tusukan Mama jangan khawatirkan anak lelakimu Hanya do'a yang ia butuh Bukan harta bukan wanita Bukan puisi bukan lowongan kerja Tunggu aku, Ma Sampai senja tak lagi jingga Salam hangat, Bulan sabit. Jogja, 25 Januari 2013 Andrall Intrakta DC | 23:32

Empat Tujuh

Kepada: 47M Apakah kau masih mau menerimaku?   Yang kausebut nestapa adalah   yang tiada akan pernah menyergap udara sejuk   Di dinding pesakitan kita beradu muka   Kau kenalkan lukamu   Kukenalkan pula rasa nyeri di tubuhku   Pisau mengiris lembut hatimu, kala itu   Apakah kau masih mau menerimaku?   Segala yang menyertaiku   Bagai tak seperti dulu   Aku juga lupa cara bermain koa   Apakah kau masih mau menerimaku?   Di perpisahan jalan kita menemui maut masingmasing   Manakala ada libur panjang di ujung kematian   kita masih bertemu   Surga namanya   Apakah kau masih mau menerimaku?   Berjalan, berfoto, bergeliat bersama   Main, tidur, makan bersama   Kau di mana kini, anak congklak?   Apakah kau masih mau menerimaku?   Sebagai lelaki yang gagah nan rentan   aku mengenalmu lebih dari jutaan kesedihan membelaimu   Lebih dari neraka menyiksamu   Tapi,   Kau di mana kini, anak congklak?   Begitu aku menyebut namamu   Begitu pula kau sebut namaku  

Kabar Terakhir

seperti istri yang jauh dari suami (1) Bertukar pesan penuh hati Bentuk hati yang utuh Sementara suaminya berlaga di medang perang Istrinya mendoa tiap nafas Ada malammalam jahat Tapi semata hanya rindu (2) Bertukar pesan penuh hati Bentuk hati yang utuh Sudah sedasawarsa mereka berkirim kabar Merpati yang enggan menyatakan lelah Setia mengikiskan rindu suami-istri ini Semata kerna luka memar dalam hati-tanpa obat (3) Bertukar pesan penuh hati Bentuk hati yang utuh Di jalanjalan besar, di persimpangan Merpati kehilangan arah Ada sendu di sana Ia membawa sebuah pisau : kabar kematian Bertukar pesan penuh hati Bentuk hati yang tak utuh Kamar baru, 14 januari 2013 AIDC | 20:00

Pria yang Susah Kumengerti

  Kepada Setia Wulanjani Hampir setengah purnama kau memanggilku Setiap malam kita merangkai bunga mawar yang tiap hari hampir petang kita petik dari kebun ibu Saat itu juga kau memanggilku Kukira itu hanya umpatan Karena rasa takpernah terasa tanpa kita kecap Kecupmu palsu Seperti sajakku waktu itu Kau bergeming, "pria yang susah kumengerti" lagi Aku dengar, Sayang Sayang bumi tak merestui Karena rasa takpernah terasa tanpa kita kecap Hampir setengah purnama kau memanggilku Tapi nyata, kita bertemu untuk membuang muka Sekejap bertatap lantas membuang muka Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdusta Tapi, rasa tak akan pernah terasa tanpa kita kecap Rawamangun Pusat, 5 Januari 2013 AIDC, 16:46

Mengungkap Senyummu

untuk: @ivantia Aku masih batita Belum sampailah aku balita Gigi sebuah pun aku tak ada Bukan tak punya Hanya aku batita Jangan kau beri sesuatu yang berat kucerna Bagaimana pula aku mencabik-gigit? Gusiku ranum Hanya bisa kujilat dan tak mungkin tidak pula kukulum Seulas senyum darimu pasti kubaca Hanya aku batita-masih batita Twitter, 2 Januari 2013 @andindc 2:53

Sajak Palsu

Katanya tahun baru Tapi aku masih mencium bau ketiak tanpa bulu Katanya tahun baru Sedang kau tetap mencandu yang telah lalu Katanya tahun baru Aku masih ragu untuk menyeka rindu Meja hijau, 1 Januari 2013 Andrall Intrakta DC, 16:45

Hari Senen

Masih di peron Orangorang menimang sendu Sesekali menyeka bola mata dan hidung yang   tersembunyi Decit masa saling serang kepala mereka Mendentum masa mengisahkan kejadian sore tadi Masih di rumah ibu Masih di peron Orangorang mengeja perpisahan Kata yang terbaca oleh tangis Pagar besi bersaksi untuk persoalan rumit yang tak mampu mengubah hidup Masih di peron Orangorang menindih perih di malam pertaruhan kerumunan bisik berubah senyap Karena mereka ditakdirkan sesungguhnya untuk saling mencintai Senen, 27 September 2012 Andrall Intrakta DC, 21:12

Kupinjam Namamu

Pada gelas pertama Aku dengar namamu, aku sebut namaku di selembar kertas dari laci meja Kuukir namaku penuh makna Sebab tujuan adalah berbagi minuman Sebab tujuan untuk memasuki jiwa Masuk ke matamu yang lebar         terpancar kejora Oh, Zaeniear! Kuseru engkau begitu sulit Patah lidahku, patah pula cinta kita Namun, kita tiada pernah membuka hati Kerna cinta bukan mainan Terlebih kita sedang berduka Pada cerita dan derita yang sama beda usia Ada malam menjingga Itu artinya aku kenang jumpa kita Bukan berarti aku memanah bulan lalu kubelah dan kupotong untuk kuserahkan pada alam Tapi lebih dari itu wajahmu terpampang di atap kamarku Oh, Zaeniear! Kuseru engkau begitu sulit Padamu sesungging senyum bahagia Indah terpana melenakan mataku yang blingsatan Teduh pelukmu mengabadikan jiwa yang kosong sepertiku Entah bagaimana aku menafsir mimpi Dalam janji mimpi-belasan-tahunku membuncah Ini semacam restu Tuhan atau seb