Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Sebuah Surat yang (Belum) Usai

Papa, Hari ini aku akan diwisuda Kutulis surat padamu jauh sebelum harinya Agar kau tahu betapa aku harap dan doa Sebagaimana harusnya itu terjadi Papa, Kali ini aku tak akan mengada-ada soal berita Di sudut koran di kotamu sana Kudengar kau telah berkeluarga Entah burung mana membawa air mata Tapi kurasa tak semuanya melempar dusta Aku turut bahagai dengan pulihmu Dua tahun silam, terakhir dan pertama Kau kirim sapa pada Bumi Kau kirim kenangan pada Matahari Kau kirim terang pada Bulan Kau kirim sepaket suka-duka pada kami Kau ingat, kan, Pa? Papa, Untuk ujung senja ingin sekali kutagih janjimu Janji kita di awal petang Sebagai penambal luka sebagai penghapus masa renta Atau sekadar basa basi yang tak segera terlaksana Kau masih ingat, kan, Pa? Betapa masa-masa menjadi kata-kata Mengawang di udara Membara di pelupuk mata Makna menjadi modus imperatif bagai aku laku keliru Apa benar, ayah kencing berdiri, anak kencing berlari? Ah, kau tak kunjung sadar

WANITA YANG BERJAGA DI AMBANG JENDELA

Acap ia cemas di pertalian waktu Senja buram bagai enggan beranjak Kecipak kenangan di pelataran rumah sehabis hujan Tak surut buai angin mengering Wanita itu kembali dalam cemas “Kelepak nasib mana yang kau cermati? Burung-burung kembali pada sarang Sadar pula ia pada anak istri Barangkali orang-orang perlu menirunya” Wanita itu kembali dalam cemas Bibirnya bergetar di ambang fajar Belum kembang-kembang yang mekar Belum hangus sampah terbakar Belum lagi yang lain yang lain “Ketiplak murung duniawi kau rindui Aduh, kau wanita Tak laik menaruh duka di dadamu Ingsutkan onak belukar darinya” Wanita itu kembali dalam cemas Di dinding kesunyian, ia Tulis masa yang setia memamah kecewa Hingga senja, hingga fajar, hingga gemetar Ia robek alit pada sisi wanitanya, hingga burai UK, 14 Juni 2014 @andindc | 06:05

WANITA YANG MELUPAKAN INGATAN

Separuh malam, ia habiskan waktu yang sebentar meleburkan cinta Sementara iba menggayut di kerongkongan Belum habis masa memakan usia, enyah segala rupa kenangan di pijar sekitar lilin Wanita itu... Barangkali kesedihan ialah laik ia tinggal, maka seseorang hadir di tengah kesepian nyata Ia coba lebur angkara, aksara berbicara menafsir tampak mata Ia tak kuasa berdusta Seseorang mengemas hati mereka dalam benian Ia lupa, di mana wanita itu menaruh rasa sumber @andindc UK, 2014