Inilah mimpi remaja, ujar Rendra yang telah menua Sua setelah surai Kala mana senja semburat Ini kata tanpa penafsir Kerna kita tahu, apa pula takdir Sua setelah surai Bukan seperti janji kita Bukan seperti jerit kemiskinan segala tanya Tapi, jawaban Tuhan untuk kita cerna Mencerna kata tidaklah seperti cinta mengunyah nafsu dengan garang mencabik tanpa menelan menelan tanpa memamah Sua sebelum surai Di persimpangan tiada ujung Ragamu molek tanpa cakap Geming lentur lelaku tubuhmu Mencekik kerongkongan dan mataku Kulihat kau menjinjing hati Kau todongkan padaku Segelas hati padat luka Segelas hati padat nanah Tanyaku pada udara, itu luka? Itu nanah? Bukan, hanya segelas kopi rasa empedu Sua setelah surai Kau tenteng luka di kiri Di tangan kanan berselendang duka Namun senyummu lelehkan aku pingsan lama lalu Aku terjaga pada sebuah jumpa setelah surai Sia-sia! Balada Engkau Begitu Sulit Ruang H