Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Kepulangan Keempat

Kembali kusapa kau, Kekasih Sebab apriori bukan jalan lurus yang tertali dengan kerendahan hati Markah buatanmu telah tiada Sebab benci bukan senjata Melainkan pembuangan akhir masa cinta dalam laci meja belajar Kepulangan ini kusimpulkan sebagai kenangan yang belum pernah kita temui Bangku taman benderang dan kaki-kaki mungil para papa menyeberangi malam Dan kita tetap urung menemui janji Kusimpulkan kembali, kita Terjanggal oleh kemalu-maluan dan rasa bersalah berbaur air mata, mata air Kepulangan ini kutasbihkan sebagaimana barangkali doa yang teralir pada kepercayaan bahwasanya hendak kucipta kenangan Agar tak ada kabar angin bawa dari pucuk cibir melasak dalam rok Pulanglah, Pa. Ngawen, 1 Agustus 2014 @andindc

Mengingat Kau, Kekasih

Mengingat kau, Kekasih, seperti mengulum jarum waktu detik demi detik. Menelantarkan kesepian pada pinggiran menit yang tak terkira datangnya. Menelan poros jam yang berdetak serupa semu wajahmu, tetapi hayalan tetap hayalan, dan kesepian melanda seluruh permukaan waktu. Melupakan kau, Kekasih, bagai menanak beras dalam benci. Sedang nasi tak perlu lagi dikukus, sebab ketiadaanmu olehku telah terdekus dengan sedikit air mata yang barangkali bagi sebagian orang ialah berdekah melihat lelakuku. Barangkali pula, bagi sebagian orang, mengingat pelupaan tentang kekasihnya adalah bentuk kekeliruan yang acap terjadi dan mereka sadari. Tetapi bagiku, Kekasih, cinta tak dapat ditimang dengan kata dan kata tak makna tanpa cinta. UK, 29 Juli 2014