Ini adalah bulan keenam kita saling kenal. Bulan ketiga kita duduk tidak dalam satu meja. Bulan di mana terdapat tanggal kenangan sepanjang hidupmu. Dan entah sampai bulan keberapa aku akan mendapatkan pulau itu. Yang pasti sinar bulanku masih banyak untuk aku tetap bisa berlayar dan mendayung perahuku. Kecuali waktu akan terhenti. Karena aku, kamu, kita tak pernah tahu kapan waktu akan berhenti. Selama waktu berjalan, layarku pun akan terus berkembang, hingga perahu ini mampu mencapai pulau yang tak pernah kau janjikan. Mengenai pulau itu, kau pernah memberikan sebuah peta. Lebih tepatnya petunjuk tentang pulau tak berpenghuni seperti yang kau bilang. Baiklah. Aku membacanya, tanpa sepengetahuanmu – meski sebenarnya kau tahu. Dan aku bisa membaca; untuk siapa peta itu. Aku yakin sekali, itu peta untukku! Benar. Tebakanku tak melesat. Lalu aku bertanya padamu, kau ingat, 'kan?! Tapi aku lupa. Baiklah, aku membuka catatan kecilku dulu. “Hmm, itu puisi buat siapa?” “Pada siapa sa