Langsung ke konten utama

Akar Pulau

“Hooaam..”
Jelas kantuk yang luar biasa malam ini. Betapa tidak, hingga lewat tengah malam ini gue belum juga terlelap. Bukan karena gue tidak ngantuk. Tapi, melihat kondisi pulauku ini sepi dan ga terurus, membuat hatiku gusar sepanjang hari hingga sore tadi. Maka dari itu gue berjuang untuk membenahi pulauku yang konon cantik ini.
Sebenarnya gue ga tahu harus melakukan apa di pulau ini. Berhubung banyaknya proyek penulisan yang belum selesai gue kerjakan, enggak mungkin juga sih gue mostingnya di sini. Baiklah, gue akan bercerita tentang liburan gue aja.
Liburan dimulai dari kepulangan gua ke kampung halaman. Pada liburan kali ini, kakak gue kebetulan pulang. Dia kakak kandung gue. Ohiya, sebelumnya biarkan gue memperkenalkan diri. Gue, Andrall Intrakta DC – Andin, nama pena gue – anak kedua dari tiga bersaudara dan pasti gue punya adik, yaitu Alltra yang masih berumur jagung, 5 tahun. Sementara kakak gue, Allsay, dia mahasiswi IPB semester 6 yang sering terancam IP 4. *gue terancam punah* T.T
Hari ini gue baru bisa ketemu sama dia di rumah Nenek. Kebetulan dia lagi berbaik hati. Kenapa? Karena gue menulis ini dengan merampas laptop beserta modemnya. Dan dia cukup gue beri leluasa untuk nonton teve yang entah apa acaranya. Bisa dibilang dia seorang kakak yang “boleh” menjadi panutan, namun hanya dalam bidang tertentu, akademik. Ya, akademiknya ga perlu diragukan lagi, boos! Bahkan kata Mama – entah, gue males nanyanya – dia kini sedang menjabat asisten dosen laboratorim untuk masa jabatan 2 tahun, dan berpotensi meraup beasiswa ke luar negeri. Sementara gue? TAUK! -___-


(ini pas dia lagi di lab – mungkin, gue nyolong photo dari laptopnya, coy!)

Gue dan Mbak Allsay dari kecil – mungkin dari lahir, bahkan pas masih di perut Emak gue – selalu terlibat perang syaraf, dan itu tidak memungkinkan untuk ke jenjang perang yang lebih tinggi, kadang lemparlemparanlah, tendangtendanganlah, dan semacamnya. Ga ada yang mau ngalah. Yang ada di otak gue saat itu mungkin, “Gue kan cowo, masa iya kalah sama cewe?!” dan yang ada di pikirannya, “Enak aja gue kalah, meski cewe, emansipasi dong! Ini udah bukan jamannya Patriarki!!”. Haha
Dan selalu Mama jadi penengah. Setiap berujung pada jenjang perang yang lebih tinggi, Mama selalu aktif menengahi. Ah, sayang, ga ada rekam gambar untuk aksi kami berdua. :p
Untuk sesuatu yang buruk, pasti menyisakan kebaikan di akhir kisah. Perkelahian yang menjadi rutinitas saat gue dan kakak masih seatap – sebelum kuliah – kini menjadikan kami lebih dewasa dan lebih dekat. Meski sejatinya ga sedekat gue dengan Mama, seenggaknya dia bisa diajak kerjasama ngasih kejutan ulangtahun Mama. :)


Bukti lain dari permusuhan yang berujung pada perdamaian itu adalah rekam gambar di bawah ini. (ketika lebaran di rumah Nenek)


Ga ada habisnya ngomongin Mbak Allsay yang super cerewet dan agamis itu. Untuk urusan asmara, sorry yey, do’i masih kalah jauh dari gue. Huahahaha *devil’s laugh* :p

Untuk Alltra sendiri, dia anak Mama paling kecil, paling item, paling manja, paliiing sekali. Karena memang dia yang paling belia, kami sering jailin. Iyalah, dia paling bocah! muehehe Tapi dia paling dimanja. Liat aja noh rekam gambar dia pas ultah, dirayain di sekolahnya. Gue aja ga pernah.. :(


Bukti kekejaman kakakkakaknya: Liat noh bibirnye. Itu hasil KDRT gue dan kakak gue. Enggak deng, boong itu! :D


Yap, dia emang lucu sih. Gemes pokoknya kalo liat dia lagi kesel, apalagi pas gue dapet tugas buat bangunin dia pagipagi. Sambil meremmerem dia berontak kaya mau diperkosa. -___-
Dia tergolong anak yang pintar, sama kaya kakak(pertama)nya. Di umur 2 tahun, dia udah bisa bedain warna, umur 3 tahun dia udah apal angka dan huruf, umur 4 tahun udah bisa nyiksa gue tiap gue tidur. Dia klop sama Mbak Allsay kalau masalah ngabisin gue. Tapi sejak kakakkakaknya kuliah, dia cuma bisa ngisengin dari ujung ponsel. Haha~
Di antara kami bertiga, yang susah disuruh makan cuma gue, Mbak Allsay, dan Alltra. Jadi, kesimpulannya semua anak Emak gue susah makan semua. Mama sampe kurus mikirin anaknya. Sampe bobotnya 68 kg! *eh, gatau deng berapa :D
Kini, saat kakakkakaknya kuliah, terpaksa dia berteman dengan Ariel, Medusa, Snow White, dan para kurcaci, serta putriputri yang gue ga tau namanya. Ya, dia cuma berteman dengan boneka semacam itu. Kasian yah.. :’( Tapi gapapa, dia begitu juga demi nemenin Mama di rumah.
Oke, kiranya cukuplah ya, ngomongin keluarga gue yang bahagia ini. Udahan sish dia nonton teve-nya. -__- Besokbesok gue ngomongin masa depan gue deh.. :)
Untuk Pulauku yang merindukan hujan dan hutan lebat, sabar ya, aku masih dalam proses. Tuhan Maha Memberi!
Selamat malam. Salam budaya, salam sastra, salam lima jari! :)


Blora, 30 Januari 2012
02:04
Andrall Intrakta DC a.k.a Andin DC

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Perpisahan yang Menyisakan Ampas Rindu Tanpa Ada Temu

Untuk wanita yang sebenarnya kukagumi, tapi malu untuk kuakui: Shofi Awanis Musim hujan turun di Magelang. Begitu jelas kau mengawali kenangan. Ya, kenangan. Kerna di awal kau tulis sebuah prosa atas namaku di laman harian daringmu, aku tak pernah mengira itu akan menjadi sebaris kenangan. Ternyata, gesek dawai pada biolamu menyadarkanku; betapa perpisahan tinggal menghitung hari. Sebelumnya, biarkan aku menjelaskan. Aku tak sepuitis yang kau kira. Aku tak serapi tulisan kupunya. Aku tak selayak kau kagumi―meski kau malas untuk mengakui. Malam ini, aku terenyak begitu melihat posting dua buah rekam gambar yang akan membantu membuatmu ingat hari ini di musim dingin New York nanti. Alunan nada dan suara sembermu yang sebenarnya cukup baik itu mengatakan padaku arti sebuah perpisahan yang berulang. Ya, berulang. Tapi kurasa tak perlu kutulis kembali dua perpisahan yang kualami sebelumnya di surat ini. Sementara kau sudah tahu betul bagaimana kesepianku menghadapi dua ai...

Seorang Cowok yang Dicap Baperan Karena Tulisannya. Apa yang Kamu Tulis, Menentukan Karaktermu

S esuai kesepakatan sebelumnya, pada minggu ini giliran saya untuk menulis dalam #HipweeJurnal. Itu berarti, saya harus mengenalkan diri saya pada siapapun juga yang merelakan waktunya yang berharga untuk membaca pengakuan saya ini. Maka, akan saya kisahkan bagaimana seorang lelaki yang begitu menggilai Seno Gumira, mendapatkan predikat baperan di kehidupannya dan perihal beda antara baper dan sensitif. Karena memang karakter ini jugalah yang telah disepakati untuk saya. Kendati saya agak berontak ketika para penulis Hipwee—termasuk Soni, tentunya—serempak menyebut karakter saya adalah seorang pujangga bermuka preman hingga (bercita-cita menjadi) playboy tapi baperan. Hah! Memang agak aneh ketika saya dicap sebagai orang yang baperan. Padahal puisi yang saya tulis nggak melulu soal perasaan Untuk kamu ingat, barangkali suatu hari kita bisa bertemu, saya satu-satunya punggawa Hipwee yang berambut panjang gondrong dengan karakter wajah yang cukup sangar. Sekiranya sepert...

Hai! II

Alina tersayang, Berabad lamanya aku berlayar Mencari dermaga bahasa kalbu Di kandungan Ibunda menyisakan teka-teki yang konon menjadi rahasia langit dan bumi Sampai entah kapan Tak segera kutemuinya Purnama lebih banyak kutonton di atas kano Aku nahkoda bagai kuda, liar dan beringas Aku tahan lapar dan dahaga Nafsu dan cinta kubui berbulan-bulan Jangkarku yang kekar berkarat di sampingku Biar mudah kulempar ketika kutemukan kau Alina tersayang, Tanpa radar tanpa sonar Masih sabar masih nanar Terkembang layar Tergantung angin menawar Akhirnya tersasar Pulau-pulau tersambangi aku Tak sedikit dari mereka mengenal cinta Harta dan tahta diperebutkan di ranahnya Ada pula wanita jadi mainan anak-cucunya Sulit sekali aku berangkat ke barat Alina tersayang, Kapalku menua Sebagai kayu ia batang muda Angin menghunus layar Lalu laju kano entah Samudra kenangan menjadi rapuh Mengapung duka-suka waktu lalu Segera Aku in...