Untuk: Adi Widayat
Persoalan
berlanjut seiring hijau lampu melaju
Aku
yang gemetar dalam mencoba mengingat
Bahasa
apa yang ia kerahkan sebagai armada
Menuju
benua air mata, kerna cinta
Ia
pula menyebut cinta bagai rajawali perkasa
Dulu
kini telah bukan sebagai kesakitan
Aku
melibas lampu jalanan lampu taman dan lampu lainnya
Lampu
kamar lampu ruang makan
Lampu
diskotik lampu masa depan
Tidak
ada satupun yang padam
Di
meja makan Ibu bercerita
Tentang
keadaan politik di medan zaman
Perekonomian
yang sulit terus melilit
Kesehatan
yang tak kunjung dewasa
Dan
air mata menggenangi belasan tahun tanpa tatapan kami
Duhai,
jendral dengan jutaan armada bahasa
Berita
apa yang kaubacakan sore nanti?
Adakah
mengenai tata kota ekonomi politik kesehatan pendidikan?
Mana
yang lebih penting
Sekarang
atau bagian masa lalu?
Ah,
beritamu ituitu saja
:
cinta, cinta, cinta, palsu
Jakarta, 16 Jul 13
Menjelang Ulang Tahun
Komentar
Posting Komentar